Perjalanan Mama Sariat Tole, Seniman Kain Tenun Ikat Alor  Berkualitas Ekspor

Perjalanan Mama Sariat Tole, Seniman Kain Tenun Ikat Alor Berkualitas Ekspor

01 Nov 2023 |
Siaran Pers

Bagikan

 

Nusa Tenggara Timur, 1 November 2023 - Kampung kecil bernama Kampung Hula yang  terletak di pedalaman Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT), memiliki seni kain tenun ikat yang kaya akan tradisi dan keunikan budaya. Terdapat. Di kampung tersebut, tinggal Mama  Sariat Tole, seorang wanita yang telah mengabdikan hampir seluruh hidupnya untuk  melestarikan dan memajukan seni tenun ikat khas Pulau Alor. 

Mama Sariat, dengan kemahiran dan tangan berbakatnya, tidak pernah berhenti berusaha  untuk melestarikan dan memajukan warisan seni tenun ikat khas Pulau Alor. Dalam karya  seninya, ia menghadirkan kain tenun ikat dengan benang kapas, pewarna alami dan motif  yang sangat khas. Kain tenun ikat Mama Sariat begitu istimewa, karena dari tangan mahirnya  Mama Sariat menciptakan sendiri benang kapas dan pewarna alami yang tersedia dari  kekayaan alam tempat kelahirannya. 

Ketika Mama Sariat berusia lima tahun, ibunya, Mama Peni, mulai mengajarkan seni tenun  kepadanya. Sejak saat itu, Mama Sariat terus mengembangkan keahlian dan menghasilkan inovasi dalam menjaga kualitas tenun ikat Alor. Salah satu inovasi itu adalah penggunaan  benang kapas berkualitas tinggi yang berasal dari pohon kapas yang beliau tanam sendiri di  kebun di belakang rumahnya dan dipintal menjadi benang dengan peralatan tradisional. 

Untuk memastikan kain tenun ikat Alor memiliki warna khas, tahan lama dan berkualitas,  Mama Sariat tidak menggunakan bahan pewarna kimia. Sebaliknya, ia dengan telaten  mengolah pewarna alami dari bahan-bahan yang ditemukan di alam sekitarnya, seperti tinta  cumi, rumput laut, getah jambu mete, daun kelor, nila, pinang, kunyit, akar mengkudu, dan  banyak lagi.  

Proses pewarnaan benang ini memakan waktu berminggu-minggu, dengan kesabaran dan  ketekunan yang luar biasa. Ketelatenan Mama Sariat dengan pewarna alami ini membuahkan  hasil yang luar biasa. Pada tahun 2013, Museum Rekor Indonesia (MURI) mencatat Mama  Sariat sebagai pembuat warna alami terbanyak untuk kain tenun karena telah menciptakan  lebih dari 200 pewarna alami untuk tenun ikat Alor. 

"Benang kapas yang saya tanam sendiri menghasilkan benang pintalan yang kuat dan tebal,  jauh lebih disukai oleh konsumen luar negeri, terutama di Jepang yang mencari kain dengan  warna alami dan daya tahan yang baik. Kualitas benang dan warna benang yang sempurna akan memudahkan penenun menghasilkan kain tenun berkualitas sesuai motif yang  diinginkan,” kata Mama Sariat yang juga sebagai Ketua Kelompok Tenun Gunung Mako.

Prestasinya yang mengesankan tidak hanya dikenal di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia.  Ia telah diundang untuk memamerkan karyanya di 13 negara, termasuk Jepang dan Belanda.  Mama Sariat telah memberikan kontribusi besar dalam melestarikan budaya tenun ikat Alor. 

Saat ini, Mama Sariat telah menjalani peran baru. Ia tidak hanya menenun, tetapi juga berbagi  pengetahuannya kepada penenun lain, termasuk generasi muda. Mama Sariat Tole adalah  contoh nyata dari seorang pelestari budaya yang berdedikasi dan seorang seniman yang  membawa kehidupan ke dalam karya seni tangan yang luar biasa. 

"Dengan kualitas dan pewarna alami yang luar biasa, serta semangatnya dalam membagikan  pengetahuannya, Mama Sariat adalah harta berharga bagi dunia seni tenun ikat Alor dan NTT.  Oleh karena itu, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) memberdayakan beliau  sebagai mentor untuk mendampingi penenun-penenun di Pulau Alor dan sekitarnya dalam  penggunaan pewarna alami dan benang alami, sehingga kualitas yang dihasilkan menjadi  lebih baik dan lebih halus," kata Anggi Kurniawan, Eksekutif Divisi Jasa Konsultasi LPEI. 

Mengusung semangat kolaborasi #KemenkeuSatu, LPEI, PT SMI dan Pemda NTT  memberikan pendampingan dan pelatihan kepada cluster Desa Devisa Tenun yang terdiri dari  495 orang penenun yang mayoritas sebagian besar adalah perempuan di 22 desa di Nusa  Tenggara Timur. LPEI/Indonesia Eximbank bersama stakeholder terkait berperan sebagai  inkubator dan akselerator ekspor untuk klaster tenun NTT. 

"Kolaborasi ini menciptakan sinergi antara pelestari budaya dan upaya memajukan ekonomi  NTT. LPEI membantu para penenun NTT untuk memperluas akses pasar ekspor produk  tenun dan mempromosikan budaya Indonesia ke mancanegara. LPEI memberikan pelatihan  pengembangan produk, penguatan manajemen usaha, pendampingan peningkatan kapasitas  produksi, dan memperluas akses pasar," ujar Anggi. 

Narahubung Media 

Chesna F. Anwar 

Corporate Secretary – Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia  

Ph. : (021) 39503600 

Email : corpsec@indonesiaeximbank.go.id 

Web : http://www.indonesiaeximbank.go.id

 

Artikel Terkait